Trimester kehamilan yang pertama sampai ketiga dalam kehamilan menjadi tantangan tersendiri. Di trimester awal perkembangan janin dimulai. Calon ibu akan merasakan banyak perubahan pada tubuhnya, termasuk rasa mual dan morning sickness. Di masa trimester selanjutnya mulai timbul rasa bahagia menjadi calon ibu.
Kehamilan merupakan perjalanan hidup yang luar biasa, bukan hanya bagi tubuh tapi juga bagi pikiran dan jiwa seorang ibu. Jika secara medis kehamilan dibagi menjadi tiga trimester berdasarkan perkembangan janin dan kondisi fisik ibu, maka dari sudut pandang psikologis, setiap trimester punya warna emosi, tantangan mental, dan dinamika batin yang berbeda-beda.
Setiap trimester kehamilan memiliki rasa cemas, penyesuaian identitas, hingga kesiapan mental menjadi ibu yang berbeda. Pemahaman ini tidak hanya penting bagi calon ibu, tapi juga pasangan, keluarga, dan tenaga kesehatan agar bisa mendampingi perjalanan kehamilan dengan lebih empatik dan penuh dukungan.
Psikologis Tiap Trimester Kehamilan
Kehamilan terbagi menjadi trimester pertama, kedua, dan ketiga yang masing-masing menunjukkan perkembangan bayi di dalam rahim. Setiap trimester kehamilan memiliki rasa yang berbeda dan berpengaruh pada emosi maupun mental seorang ibu.
Emosi dan mental ibu dapat memberikan pengaruh pada bayinya. Sebaiknya sebelum merencanakan kehamilan sudah memahaminya agar siap pada setiap perubahan yang terjadi. Berikut psikologis yang dialami oleh calon ibu di setiap trimester kehamilan.
- Trimester pertama (0–13 minggu)
Masa ini adalah penyesuaian dan menjadi kejutan besar bagi pasangan maupun keluarga. Emosi yang dominan terjadi yaitu kaget, bahagia, cemas, dan campur aduk. Begitu hasil test pack menunjukkan dua garis merah, maka hidup ibu mendadak berubah. Meskipun kehamilan telah direncanakan, tetapi ada saja calon ibu yang emosional dan terkejut.
Tantangan psikologis di trimester pertama ini adalah melakukan penyesuaian identitas menjadi calon ibu dan ketidakpastian tentang perkembangan janin. Di trimester ini pula terjadi perubahan hormon, yaitu peningkatan estrogen dan progesteron yang mempengaruhi suasana hati, sehingga mudah menangis atau marah tanpa alasan jelas.
Baca juga: Perbedaan Obgyn dan Bidan, Mana yang Harus Dipilih?
Tips psikologis yang dapat dilakukan adalah memberikan validasi perasaan yang merasa excited. Jangan lupa untuk berbagi kabar kehamilan pada orang yang suportif agar mendapat dukungan emosional sejak dini.
- Trimester kedua (14–27 minggu)
Di masa trimester kehamilan yang kedua ini, emosi menjadi lebih stabil dan memiliki rasa optimis. Emosi yang dominan adalah lebih bahagia dan antusias. Trimester kedua ini dapat disebut sebagai masa yang nyaman di masa kehamilan. Morning sickness mulai mereda, energi kembali, dan perut mulai tampak membuncit. Ini fase hubungan emosional antara ibu dan janin mulai menguat.
Biasanya timbul perubahan psikologis yang positif, antara lain bonding prenatal. Ibu mulai merasakan gerakan janin, memberi nama panggilan, dan berbicara dengan bayi. Selain itu muncul perasaan menjadi ibu yang semakin kuat dan perasaan berharga diterima, terutama saat mendapat perhatian dari pasangan dan lingkungan.
Namun, juga ada kekhawatiran yang muncul perlahan, seperti kecemasan menjadi ibu yang baik, perubahan tubuh, dan kondisi keuangan.
Tips psikologis yang dapat dilakukan adalah mengikuti kelas prenatal yang membahas aspek emosional, bukan hanya fisik dan melibatkan pasangan. Bisa juga membangun rutinitas self care untuk menjaga keseimbangan emosi seperti melakukan yoga, membaca, atau meditasi ringan.
- Trimester ketiga (28–40 minggu)
Di trimester ini merupakan masa persiapan dan kecemasan yang mulai eksis. Emosi dominan yang terjadi adalah rasa cemas, tidak Sabar, dan reflektif. Fisik mulai terasa berat, tidur tidak nyenyak, punggung sakit, dan perasaan tidak nyaman mulai timbul. Di saat yang sama, pikiran ibu makin sibuk tentang proses melahirkan, peran sebagai ibu, dan perubahan hidup.
Kondisi psikologis yang sering terjadi seperti rasa cemas melahirkan dan sindrom nesting yang memberi dorongan ekstrem untuk bersih-bersih dan menyiapkan rumah. Ini bukan hanya naluri, tapi cara otak menenangkan kecemasan. Juga timbul refleksi diri dan sering merenung.
Tips psikologis yang dapat dilakukan yaitu melatih teknik pernapasan dan visualisasi positif menjelang persalinan. Ajaklah pasangan untuk berdiskusi soal peran pasca lahirnya bayi, bukan hanya saat persalinan. Berbicara dengan tenaga profesional jika merasa overthinking berlebihan tentang kelahiran atau menjadi ibu juga sangat membantu.
Trimester kehamilan bukan hanya soal perhitungan bulan tetapi juga tentang emosi dan refleksi calon ibu. Dengan memahami psikologis di setiap trimester, maka tidak hanya menjaga janin tetap sehat, tetapi juga menjaga ibu agar sehat secara mental, emosional, dan spiritual.
Baca juga: Tanda-Tanda Awal yang Jarang Diketahui Pada Kehamilan Kembar